Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ikhlas dan Mimpi yang Terwujud


Hujan deras terus mengguyur Polewali Mandar kala itu, sudah seminggu ini hujan tak berhenti membasahi bumi tipalayo. Matahari yang tak pernah terlihat muncul dari peraduannya alamat membawa kekhawatiran masyarakat. Dan puncaknya Hari sabtu 10 Januari 2009 hal yang dikhawatirkan itu terjadi Banjir Bandang melanda Polewali Mandar. Ini adalah kejadian setiap 10 tahunan yang melanda bumi Tipalyo, sebelumnya 1987, 1998 dan yang terakhir ini 2009, semoga kedepannya tidak lagi terjadi.
Beberapa hari sebelumnya, berita gembira telah saya terima pengumuman hasil tes CPNS untuk kabupaten Polewali Mandar dikeluarkan dan Alhamdulillah saya salah satu diantaranya. Suatu kesyukuran yang teramat sangat atas limpahan rezeki dari Allah SWT. Dan dari sinilah cerita ini dimulai.
Tujuh tahun yang lalu kata orang menjadi alumni jurusan yang terbilang dan terkenal menjadi momok bagi siswa sedikit membawa angin segar pada saat penerimaan CPNS kala itu. Yah keberanian mengambil Jurusan Pendidikan FIsika telah memberikan jalan rejeki yang mudah untuk melewati satu fase dalam hidup dalam proses menjadi seorang yang mandiri. Sebuah tanggung jawab ketika telah menyelesaikan pendidikan jenjang s1 adalah memiliki pekerjaan yang tetap dan terlepas dari tanggungan orang tua, meskipun sejak kuliah juga sudah tidak terlalu bergantung sama kiriman orang tua.
Seminggu sudah kejadian banjir itu menimpa daerah kami, tersebutlah daerah yang paling parah dan terdapat korban jiwa satu keluarga memicu rasa penasaran saya untuk berkunjung sekedar melihat dan mungkin saja bisa membantu ala kadarnya. “Petoosang” nama kampong itu, sebenarnya juga bukan kampong-kampung amat karena merupakan ibukota kecamatan Cuma jarak yang lumayan jauh dari kabupaten dan akses jalan yang lumayan parah membuat daerah ini termasuk dalam daerah terpencil. Bersama beberapa teman kami berkunjung kesana, kurang lebih 30 menit dari kampong saya untuk mencapai daerah tersebut.
Yang pertama kali saya lihat adalah sebuah sekolah yang pintu gerbangnya telah hancur, dan halamannya yang dipenuhi tumpukan kayu pohon yang setinggi atap sekolah. Yang ternyata sekolah itulah tempat saya mengabdi sampai hari ini. Sekolah yang bisa dibilang jauh dari kata fasilitas yang memadai, kurang bahkan mungkin sangat kurang untuk sebuah sekolah yang berada di ibukota kecamatan. Sekolah inilah yang telah mampu memberi saya peluang untuk menginjak ibukota negara secara gratis.
Sekolah yang telah memberikan prestasi dari tingkat kabupaten sampai propinsi bahkan tingkat nasional meskipun tidak menjadi yang pertama. Sekolah dengan sagala keterbatasannya, sekolah dengan karakter siswanya yang luar biasa, sekolah yang siswa siswinya harus menempuh jarak 2 sampai 3 jam perjalanan kaki, sekolah yang siswa-siswinya harus melewati 3 sampai 4 anak sungai dan sungai besar, sekolah yang siswa siswinya harus menuruni pegunungan setelah shalat subuh agar tak terlambat. Sekolah yang sampai hari ini tempat saya mengabdi dan telah memberikan banyak cerita.
Bulan Agustus selalu menjadi bulan yang penuh kebahagiaan, utamanya tanggal 17 Agustus 2009. Bukan hanya karena bulan ini adalah bulan kemerdekaan bangsa Indonesia tapi juga merupakan bulan kemerdekaan bagi saya untuk benar benar mampu hidup mandiri. Tidak disangka penempatan pengabdian adalah tempat dimana beberapa bulan sebelumnya saya kunjungi karena bencana alam.
Dan saat itulah tekad dalam dada untuk membuat sesuatu yang baru, sesuatu yang dalam pikiran saya  akan bermanfaat buat sekolah ini, di benak saya ada tiga hal di tiga tahun pertama harus saya capai di sekolah ini. Terkenal sejak smp menjadi siswa yang bisa dibilang tergolong yang menonjol ternyata sudah beredar di sekolah yang akan saya tempati, karena ternyata Kepala Sekolahnya adalah Guru Seni saya waktu SMP dulu. Tentu saja hal tersebut awalnya menjadi beban karena pasti diharapkan bisa meningkatkan mutu sekolah (ini sedikit geer hihihi).
Harapan tersebut adalah tantangan yang mesti dijawab. Tantangan yang sekaligus motivasi untuk diwujudkan. Kualitas diri akan semakin meningkat ketika ada tantangan. Itulah dipikiran saya waktu itu, yah biasalah jiwa mudanya masih sangat terasa saat itu (sekarang juga sih masih muda hihihih). Tentu tidak mudah mewujudkan hal tersebut, dan sejak itu juga saya mulai merancang apa yang harus dilakukan, merencanakan kegiatan apa yang bisa dilaksanakan untuk mengangkat nama sekolah, paling tidak untuk tingkat kabupaten.
Setidaknya ada 3 hal yang dibenak saya dan saya cita-citakan untuk diraih di tiga tahun pertama dalam pengabdian ini, cita-cita ini merupakan amunisi sekaligus motivasi diri selain harapan yang diberikan sekolah waktu itu. Di sekolah kegiatan ekstrakurikuler siswa masih sangat kurang, tidak ada guru yang mengambil inisiatif untuk memulai, maklum mungkin karena rata-rata gurunya adalah  guru-guru senior yang sangat sibuk juga dengan urusan keluarga atau mungkin saja karena honor untuk kegiatan nilainya masih kecil (untuk yang ini wallahu A’lam).
Majalah Dinding
Beberapa minggu mengajar saya mulai memperhatikan beberpa siswa yang tergolong aktif. Saya pikir mereka bisa diajak berdiskusi untuk memulai rencana saya ini yakni membuat “Majalah Dinding” yang diurus oleh siswa. Selain beberapa siswa ini saya juga mengajak beberapa guru tidak tetap dan Alhamdulillah dapat respon dengan baik pula. Alhamdulillah saya semakin yakin bahwa salah satu kegiatan ekstrakurikuler ini akan terwujud. Awalnya hal ini belum saya konfirmasikan ke kepala sekolah, niatnya  mau buat “suprise”. Karena masih sendiri yah mengeluarkan dana pribadi masih bukan masalah hehehe. Mengambil waktu sepulang sekolah agar tidak menggangu kegiatan pembelajaran, saya kumpulkan siswa-siswa tadi dan guru yang bersedia jadi Pembina juga, apapun yang dibutuhkan saya siapkan, kebetulan saya tinggal dekat toko atk jadi mudah juga ketika ada keperluan. Hari itu sabtu karena rencana launchingnya adalah sesaat setelah upacara biar semua siswa langsung menikmati, sekaligus tujuan adalah menumbuhkan kemauan membaca dalam bentuk yang lain selain harus terpaku di depan buku.
Dan jreenggg setelah kepala sekolah meresmikan majalah dinding kami, Alhamdulillah mendapat apresiasi dan selanjutnya sekolah siap mendanai setiap kebutuhan dalam penerbitan penerbitan selanjutnya. semakin banyak siswa yang tertarik untuk bergabung atau sekedar mengirimkan tulisan mereka, kami memang belum menerapkan aturan baku penulisan, kami hanya ingin membuat mereka merasa senang dulu, nanti kemudian akan dilaksanakan pelatihan jurnalistik buat siswa.
Maaf lupa para pengurusnya menamai Mading Spentu (Majalah Dinding SMP N 1 Tutallu), Tiap minggu mading spentu ini terbit, tidak lagi Cuma siswa yang mengisi, tetapi guru-guru mulai tertarik juga untuk menampilkan tulisannya. Alhamdulillah kami sangat bahagia. “Usaha kecil tak akan pernah sia-sia” itulah yang selalu saya tekankan kepada mereka. Serta jangan lupa bekerja dengan “IKHLAS”.
Melihat antusiasme semua pihak saya semakin yakin bahwa mimpi-mimpi saya selanjutkan akan terwujud, rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT karena hal pertama yang ingin saya capai terwujud.
Tentu saja usaha kecil untuk mengangkat nama sekolah setara dengan sekolah sekolah lainnya di kabupaten Polewali Mandar tidak berhent sampai disitu. Justru sesungguhnya perjuangan itu baru dimulai. Sebagai guru yang berlatar belakang ilmu pasti dan menyenangi IT, maka saya mencoba mengenalkan mereka lebih jauh tentang IT yah, paling tidak bagaimana mengoperasikan komputer dan laptop meski programnya masih sebatas Office. Oh iya, kesenangan saya ke IT ini memiliki sejarah khusus loh, tapi dilain kesempatan akan saya ceritakan heheheh……
Sedikit bahasa provokasi dan mengompori mereka yang beberapa diantaranya sudah mendapatkan tunjangan sertifikasi untuk segera memiliki laptop sendiri, saya mengatakan “jangan takut membeli, jangan takut mengutak atik, kalau ada masalah nanti saya yang tangani” (hahaha sedikit sombong ini, tapi gak papalah kan buat kebaikan mereka juga). Dibidang IT ini pulalah mimpi saya yang ketiga tercapai. Nah loh koq mimpi yang ketiga, mimpi yang kedua mana ya??? Sabar pemirsa…...
Mengantarkan Siswa Lolos OSN ke Propinsi
Yang tadi penasaran atau gak sama sekali, inilah mimpi saya yang kedua. Saya memikirkan bahwa salah satu cara untuk mensejajarkan sekolah kami dengan sekolah lainnya adalah prestasi dan waktu itu event yang paling dekat adalah olimpiade sains nasional (OSN) tingkat kabupaten. Tentu bukan hal yang sulit untuk sekedar ikut, menemukan 4 orang yang berbakat untuk ikut dengan spesialisasi pelajaran masing-masing juga bukan hal sulit, dari sejak awal saya memperhatikan siswa-siswi yang memiliki pengetahuan lebih dibanding yang lainnya. mereka adalah Sidrah Yusraa sekarang sudah kuliah jurusan Akuntansi padahal dulu sangat senang dengan Fisika, Nur Athirah sekarang kuliah Keperawatan yah cocok dengan pelajaran kesukaannya Biologi, Andini Sukmawati sayangnya hari ini saya tidak mendengar kabar penyuka Matematika ini, dan yang terakhir Dilla sukriani bidang IPS sekarang sambil kuliah nyambi ngajar IT di SMA dikampungnya. Sekarang mereka semua sudah Gadis hehehe bukan itu yang penting, kangen mereka…
Keempat siswi siswi yang luar biasa inilah yang menambah keyakinan saya untuk meraih mimpi yang kedua ini. Saya kumpulkan mereka di lab IPA yang sangat sederhana dan terbatas waktu itu, saya menyampaikan keinginan untuk mengikutkan mereka, tapi harus siap menerima pelajaran tambahan, mereka harus rela untuk tinggal lebih lama di sekolah disaat teman-teman nya sudah pulang kerumah. Dan jawabannya menggetarkan hati saya, tanpa berpikir panjang keempatnya sontak menjawab “siap pak”. Alhamdulillah kata pertama yang keluar dari mulut saya waktu itu.
Nak kita tidak mengejar menjadi juara tapi kita harus memberikan yang terbaik, setiap usaha tidak akan pernah sia-sia jika hari ini Allah tidak langsung membalasnya mungkin saja dikemudian hari disaat yang tidak disangka-sangka” wuih nasehat pertama untuk memulai pembimbingan (sok sok bijaksana ini). Karena ini menggunakan waktu diluar jam kerja, agak sulit waktu itu meminta kesediaan guru masing-masing mapel untuk ikut andil, tapi itu tidak menyurutkan langkah untuk ikhtiar ini. Saya melakukannya sendiri, saya menjadi pembimbing matematika ini sih gak masalah soalnya mapel hobby saya ini hahaha... Fisika dan biologi apalagi jurusan saya, tapi yang agak sulit IPS harus banyak membaca, tapi gak masalah lah mereka gak boleh kecewa itu yang utama.
Kegiatan pelajaran tambahan persiapan OSN pun berlangsung, jangan membayangkan semua berlangsung indah ya… kami makan siang seadanya, apa yang mereka makan itu juga yang saya makan, tidak membedakan, kadang juga mengeluarkan biaya pribadi membeli cemilan, saya berusaha membuat mereka nyaman meskipun dalam kesederhanaan. Bercanda, serius, usil mewarnai kegatan ini, rasa persaudaraan mereka terikat begitu erat, Alhamdulillah hingga tiba masanya lomba itu diadakan, saya bersama Kepala sekolah mengantar mereka, ah tak disangka sesaat ketika bertemu dengan peserta yang lain merekapun ditanya dari sekolah mana? Mereka menjawab dari SMPN 1 Tutallu, nah apa jawabannya peserta yang lain jreeenggg “itu sekolah dari mana?” lah emangnya Tutallu gak ada dalam google maps, waaahhhh  sontak saja mereka melapor “Pak masa sekolah kita tidak dikenal” kata SIdrah, saya hanya senyum dan mengatakan gak papa, harus jadi motivasi untuk memperkenalkan sekolah kita dengan prestasi. Alhamdulillah akhirnya satu diantara mereka berhasil mewakili kabupaten Polman ke tingkat propinsi..
Alhamdulillah mimpi saya yang kedua pun Allah menjawabnya, meskipun Cuma satu yang lolos tapi satu kesyukuran karena keempatnya mendapatkan apresiasi dengan pemberian beasiswa.. semoga selalu sukses dalam aktifitas kalian nak, rindu mereka. Sidrah, Nunu, Sukma dan Dilla Terima kasih telah mewujudkan mimpi bapak. Dimanapun kalian berada meski gak membaca tulisan ini, dalam sujud bapak selalu mendoakan yang terbaik. “Tidak ada mantan Guru pun tidak ada mantan siswa”. 2010
Cerita yang lainnya kapan yah…. !!!! coming soon
Dan jreeeng inilah mimpi saya yang ketiga, semoga gak bosan ya bacanya.
Hadiah ultah dan doa yang diijabah
Tahun ketiga tepatnya 2012, nah ini tahun terakhir dari target kinerja saya di tiga tahun pertama, rasa deg deg, khawatir mimpi yang ketiga ini gak tercapai. Oh iya mimpi saya ketiga ini adalah entah siswa atau guru harus ada yang mencapai tingkat nasional. Tentu saja usaha lebih dibanding sebelumnya, mimpi ini bisa dibilang juga yang paling berat diantara dua mimpi saya sebelumnya. Meski dalam kondisi masih terbatas, keyakinan itu tidak pernah surut. Ini yang saya sampaikan sebelumnya kesenangan dengan IT inilah yang mengantarkan saya mewujudkan mimpi yang ketiga Alhamdulillah. Mau tahu ceritanya???? Singkat aja ya, berhubung ini sudah 6 halaman hehehe.
Berkenalan dengan seorang teman guru matematika guru SMA tetangga sekolah adalah bagian awal dari mimpi ini, beliau adalah instruktur TIK tingkat propinsi di SULBAR, sempat berdiskusi dan nyerempet masalah IT, dia ingat tentang info lomba Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis IT akan segera dilaksanakan, karena tahu saya senang dengan hal demikian kemudian dia mengirimkan suratnya, memberi beberapa referensi, jadilah saya belajar otodidak beberapa aplikasi yang saya pikir dapat menunjang untuk ikut lomba itu, Macromedia Flash 8 hanya dalam waktu 5 hari dan berhasil membuat media yang akhirnya saya kirim untuk seleksi.
Selang seminggu kemudian ada pengumuman karya karya yang dinyatakan lolos dan diminta untuk presentasi. Alhamdulillah nama saya termasuk didalamnya. Hmm langkah awal untuk mewujudkan mimpi yang ketiga. Surat undangan pun datang melalui email, surat tugas juga tidak berselang lama masuk di email saya. Saatnya persiapan berangkat, ijin sekolah sudah. Deg deg an, sekaligus semangat yang tetap terjaga, “tahun ini mimpiku yang ketiga harus terwujud” gumamku dalam hati sesaat setelah saya membuka mobil penumpang. “Pak, tahu tidak letaknya Hotel anugrah di mamuju?” tanyaku pada sopir. Maklum saya tidak terlalu mengenal daerah ibukota propinsi tersebut. “tahu pak” jawab sopir itu, “Alhamdulillah antar saya kesitu ya pak.” Alhamdulillah lebih tenang sekarang saya menikmati perjalanan kurang lebih 145 km atau dua setengah jam perjalanan. Singkat cerita setelah sampai melapor saya istirahat dikamar, malam baru pembukaan dan esoknya baru presentasi.
Keesokan harinya saya mendapat giliran ke 7 dari 10 peserta Alhamdulillah lancar, tinggal menunggu pengumuman, dan Alhamdulillah dapat peringkat ke tiga, meski bukan yang pertama tapi adalah anugrah yang luar biasa. Tentu saja asa mewujudkan mimpi yang ketiga masih ada.
Kami diberi kesempatan 4 hari untuk menyempurnakan karya untuk dikirimkan ketingkat nasional, semua yang juara dari berbagai kategori karyanya akan dikirimkan ke panitia ki hajar waktu itu. dan inilah puncaknya. Sebelum itu disuatu waktu sesaat setelah shalat isya saya pernah menuliskan sebuah koment di facebook di salah satu status Dosen saya waktu kuliah yang juga sudah seperti orang tua bagi saya, kedekatan itu karena sempat diberi kesempatan untuk menjadi asistennya.
Saya mengatakan waktu itu dan sebenarnya ini merupakan doa yang sebelumnya saya ucapakan di sujud terakhir shalat magrib malam itu. malam tanggal 3 nopember yang juga merupakan malam tanggal kelahiran saya. Koment sekaligus doa itu adalah “Saya hanya berharap dapat menginjakkan kaki saya untuk pertama kalinya di Ibukota Negara bukan karena jalan-jalan dengan biaya pribadi tetapi karena saya layak untuk menjadi wakil dari proipinsi sulbar ntah itu event apapun” sedikit terharu dan sempat menitihkan air mata pertanda harapan dan doa itu benar-benar tulus dan penuh keyakinan akan diijabah oleh Allah SWT.
Setelah menulis koment tersebut saya matikan hp dan menunggu untuk shalat isya, kembali doa itu saya panjatkan terutama di sujud terakhir. Setelah menyelesaikan wirid dan zikir. Selanjutnya makan malam, setelah itu baru saya buka kembali akun facebook dan mata saya melihat sebuah status di sebuah group sebuah screencapture sebuah surat pengumuman yang diposting oleh pak Ashar, sebuah group untuk guru-guru TIK se sulbar. Mata saya berkaca-kaca, tangan saya gemetar, badan saya terasa merinding, seakan tidak percaya bahwa pengumuman itu tentang karya yang lolos dalam ajang ki Hajar tingkat nasional, saya bersama dua orang teman lainnya dari sulbar dinyatakan lolos dari 10 karya yang diundang untuk presentasi, sujud syukur luapan kegembiraan itu pertama kali saya sampaikan ke Ibu yang memang sebelumnya saya minta doanya, Ibu lah yang selalu memberi support saat saya hampir 4 hari full berada didepan laptop yang tanpa henti kecuali shalat dan makan.
Inilah hadiah ultah yang paling berkesan sepanjang sejarah hidup saya sampai hari ini, hadiah ultah dan doa yang diijabah seperti yang tulis di atas, sesungguhnya bukan kelolosan tersebut yang membuat saya benar-benar bahagia tapi doa dan mimpi saya yang di tiga tahun pertama dalam pengabdian telah dikabulkan oleh ALLAH sang Pemilik Alam, Sang Maha segalanya, sebuah mimpi yang saya ucapkan sesaat setelah saya menerima SK penemtapan Tugas.
Semua pencapaian itu menambah keyakinan saya bahwa bekerja dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab tidak akan pernah sia sia, bermanfaat buat orang lain adalah prinsip saya sejak dulu.
Inilah tulisan sederhana saya semoga bermanfaat atau sekedar menjadi renungan dan ajakan sebagai GURU marilah kita bekerja dengan penuh keihklasan tanpa mengaharapkan balasan dari manusia, biarlah ALLAH yang membalasnya dengan sesuatu yang tidak kita sangka. Mari kita mengajar sebaik mungkin memberi yang terbaik untuk generasi penerus bangsa ini, meski hari ini GURU seakan akan dikebir,  seakan akan tidak dipercaya lagi untuk mendidik, disaat sekarang  GURU sering dipersalahkan. Kita Tetap Memberi yang terbaik untuk anak didik Kita, mereka adalah anak-anak kita, anak yang kita berharap akan menjadi pembela kita di akhirat kelak.


TANDUNG, 13 AGUSTUS 2016

ABDUL MUJID,  Guru IPA SMPN 1 Tutallu Polewali Mandar


Tulisan Ini telah diterbitkan dalam bentuk buku dengan Judul "Being an Inspiring Teacher" 2016

Abdul Mujid
Abdul Mujid Guru Sederhana di daerah terpencil yang bermimpi untuk selalu memberikan yang terbaik.....

Posting Komentar untuk "Ikhlas dan Mimpi yang Terwujud"